PROSPEK ENZIM DAN
LIMBAH LIGNOSELULOSA UNTUK PRODUKSI BIOETANOL
Seiring
dengan bertambahnya penduduk dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta
menipisnya cadangan minyak bumi, maka dicari energi alternatif untuk menunjang
kebutuhan akan energi. Salah satunya dengan mengkonversi biomasa menjadi
bioetanol. Teknologi yang digunakan untuk
mengkonversi biomasa menjadi bioetanol merupakan teknologi yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena dapat memanfaatkan bahan limbah sebagai
bahan baku. Melalui penerapan bioteknologi, dengan penggunaan mikroba sebagai
penghasil enzim, diharapkan akan diperoleh teknologi yang ramah lingkungan
dibandingkan dengan proses kimiawi yang selama ini banyak dilakukan.
Lignoselulosa
adalah komponen organik di alam yang berlimpah dan terdiri dari tiga tipe
polimer, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Komponen ini merupakan sumber
penting untuk menghasilkan produk bermanfaat seperti gula dari proses
fermentasi, bahan kimia dan bahan bakar cair. Lignoselulosa bisa diperoleh dari
bahan kayu, jerami, rumput-rumputan, limbah pertanian/hutan, limbah industri
(kayu, kertas) dan bahan berserat lainnya.
Dari
sekian banyak bahan yang tersedia di alam selain bahan berpati, bahan
lignoselulosa
merupakan
substrat terbanyak yang belum digunakan secara maksimal. Selama ini
peruntukannya banyak untuk pakan. Akan tetapi komponen bahan lignoselulosa ini
sangatlah kompleks, sehingga dalam penggunaannya sebagai substrat untuk
produksi bioetanol harus melalui beberapa tahapan, antara lain delignifikasi
untuk melepas selulosa dan hemiselulosa dari ikatan kompleks lignin, depolimerisasi
untuk mendapatkan gula bebas dan fermentasi gula heksosa dan pentosa untuk mendapatkan
produksi bioetanol. Enzim pendegradasi lignoselulosa adalah selulase yang
banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri makanan, farmasi,
tekstil, detergen, dan sebagainya (Hidaka et al.,1998).
Bahan
baku untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yaitu gula, pati dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula
bit, molase dan buah-buahan, dapat langsung dikonversi menjadi etanol. Sumber
dari bahan berpati seperti jagung, singkong, kentang dan akar tanaman harus
dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula. Sumber selulosa yang berasal dari
kayu, limbah pertanian, limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus
dikonversi menjadi gula dengan bantuan asam mineral (Lin and Tanaka, 2006).
Proses
fermentasi dapat dilakukan dengan menggunakan yeast dari berbagai
spesies yaitu Saccharomyces cerevisiae, Kluyveromyces fragilis,
Kluyveromyces marxianus, Candida utilis dan Pachysolen
tannophilus dalam berbagai kondisi fermentasi. Untuk mendapatkan bioetanol
dengan kemurnian tinggi, harus dilakukan proses pemurnian dengan cara
destilasi. Destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari broth fermentasi
yang sebagian besar adalah air. Untuk mendapatkan etanol sampai dengan
kemurnian 95% volume, dilakukan destilasi bertingkat dengan mengumpankan hasil
destilasi pertama ke unit destilasi selanjutnya. Dengan demikian, teknologi
proses yang efektif menggunakan bahan baku lignoselulosa dapat menghasilkan
produk bioetanol untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.
DIAGRAM
ALIR PROSES PEMBUATAN BIOETANOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar