Prosedur Uji Etanol
Jumat, 28 September 2012
Minggu, 23 September 2012
CARA KERJA PRODUKSI BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH SECARA KIMIA
PRODUKSI
BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH SECARA KIMIA
Indonesia mempunyai iklim yang mempermudah tumbuhnya
rumput gajah, sehingga ketersediaan rumput gajah dapat secara kontinyu melimpah.
Rumput gajah merupakan salah satu tanaman yang kurang dimanfaatkan. Bahkan
sampai saat ini rumput hanya digunakan
sebagai makanan ternak, terkadang rumput gajah juga dianggap sebagai tanaman pengganggu.
Tetapi rumput gajah mempunyai kadar selulosa yang dapat digunakan sebagai salah
satu bahan penghasil ethanol. Ethanol atau ethyl alcohol kadang disebut
juga ethanol spiritus. Ethanol digunakan dalam beragam industri seperti
campuran untuk minuman keras seperti sake atau gin, bahan baku farmasi dan
kosmetika, dan campuran bahan bakar kendaraan, peningkat oktan, bensin ethanol
(gasohol) dan sebagai sumber oksigen untuk pembakaran yang lebih bersih
pengganti (methyl tertiary-butyl ether/MTBE). Karena ethanol mengandung
35 persen oksigen, dapat meningkatkan efisiensi pembakaran. Ethanol juga ramah
lingkungan karena emisi gas buangnya rendah kadar karbon monoksidanya, nitrogen
oksida, dan gas-gas rumah kaca yang menjadi polutan serta mudah terurai dan aman
karena tidak mencemari lingkungan.
Rumput
gajah selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal dan dapat mengganggu
lingkungan apabila dibiarkan begitu saja. Indonesia memiliki beberapa tempat
penghasil rumput gajah seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur serta
akan dikembangkannya dibeberapa daerah lainnya, dengan potensi tersebut
dipastikan sumber bahan baku pembuatan ethanol akan tersedia dalam jumlah yang cukup
besar. Dalam mengembangkan produk ethanol yang tinggi perlu dikaji mengenai BAHAN, MEKANISME
REAKSI dan TEKONOLOGI
yang
diperlukan. Faktor yang sangat berpengaruh adalah bahan baku, proses hidrolisis
, proses fermentasi, dan proses
distilasi..
Di
dalam proses hidrolisis ada beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya :
-
pH (derajat keasaman)
pH mempengaruhi proses
hidrolisis sehingga dapat dihasilkan hidrolisis yang sesuai dengan yang diinginkan,
pH yang baik untuk proses hidrolisis adalah 2,3 (Soebijanto,1986).
-
Suhu
Suhu juga mempengaruhi
proses kecepatan reaksi hidrolisis, suhu yang baik untuk hidrolisis selulosa adalah
sekitar 21 oC
-
Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi
laju reaksi hidrolisis, untuk hidrolisis asam digunakan konsentrasi HCl pekat
atau H2SO4 pekat (Groggins,1985). Dalam proses ini
selulosa dalam rumput gajah diubah menjadi glukosa dengan reaksi sebagai
berikut: (C6H10O5)n + n H2O C6H12O6 ...............(2)
Di
dalam proses fermentasi ada beberapa proses yang mempengaruhinya diantaranya :
-
Nutrisi
Pada proses
fermentasi, mikoroorganisme sangat
memerlukan nutrisi yang baik agar dapat diperoleh hasil fermentasi yang baik. Nutrisi yang tepat untuk menyuplai mikroorganisme adalah nitrogen yang mana dapat diperolah dari penambahan NH3, garam, amonium,
pepton, asam amino, urea.
-
pH
pH yang baik untuk
pertumbuhan bakteri adalah 4,5 – 5. Tetapi pada pH 3,5 fermentasi masih dapat
berjalan dengan baik dan bakteri pembusuk akan terhambat, untuk mengatur pH
dapat digunakan NaOH dan HNO3.
-
Suhu
Suhu yang baik untuk
pertumbuhan bakteri adalah antara 20-30 oC. Makin rendah suhu
fermentasi, maka akan semakin tinggi etanol yang akan dihasilkan, karena pada suhu
rendah fermentasi akan lebih komplit dan kehilangan etanol karena terbawa oleh
gas CO2 akan lebih sedikit.
-
Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk fermentasi adalah 7 hari
(Judoamidjojo.1992)
-
Kandungan gula
Kandungan gula akan
sangat menpengaruhi proses fermentasi, kandungan gula optimum yang diberikan
untuk fermentasi adalah 25%, untuk permulaan, kadar gula yang digunakan adalah
16% (Sardjoko.1991).
-
Volume starter
Volume starter yang
baik untuk melakukan fermentasi adalah 1/10 bagian dari volume substrat. Dalam
proses fermentasi ini, glukosa dari hasil fermentasi diubah menjadi etanol
dengan reaksi sbagai berikut :
C6H12O6
2C2H5OH
+ 2CO2 (3)
Selain itu, dengan Pemotongan
rumput gajah dengan panjang kurang
lebih 5 cm dapat diperoleh kadar glukosa yang tinggi dan selulosa yang dapat terhidrolisis dengan larutan HCl. Sebaiknya rumput gajah dibuat dalam bentuk powder, sehingga selulosa bisa terhidrolisis sempurna, akan tetapi dibutuhkan biaya yang lebih tinggi. Disamping itu juga dikhawatirkan jika
rumput gajah dalam
bentuk powder terjadi destruksi secara
fisik, sehingga menyebabkan gugus glukosa rusak. Pengeringan
rumput gajah dilakukan secara
alami terlebih dahulu dengan suhu kamar, setelah 2 – 3 hari baru dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 100 0C selama 3 jam, hal ini dilakukan untuk penghematan biaya. Pengeringan merupakan proses yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam ethanol, kadar air yang diijinkan berdasarkan SNI : 1 %.
Penelitian produksi bio ethanol dari rumput gajah
secara kimia ini bertujuan untuk menghasilkan produk bioethanol dan suatu prototipe industri ethanol. Disamping itu penelitian ini
dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan industri ethanol di
Indonesia, membantu mengembangkan sektor pertanian serta membantu dalam
penyediaan campuran bahan bakar dan memberikan nilai ekonomi.
Sabtu, 15 September 2012
PROSPEK ENZIM DAN LIMBAH LIGNOSELULOSA UNTUK PRODUKSI BIOETANOL
PROSPEK ENZIM DAN
LIMBAH LIGNOSELULOSA UNTUK PRODUKSI BIOETANOL
Seiring
dengan bertambahnya penduduk dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta
menipisnya cadangan minyak bumi, maka dicari energi alternatif untuk menunjang
kebutuhan akan energi. Salah satunya dengan mengkonversi biomasa menjadi
bioetanol. Teknologi yang digunakan untuk
mengkonversi biomasa menjadi bioetanol merupakan teknologi yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena dapat memanfaatkan bahan limbah sebagai
bahan baku. Melalui penerapan bioteknologi, dengan penggunaan mikroba sebagai
penghasil enzim, diharapkan akan diperoleh teknologi yang ramah lingkungan
dibandingkan dengan proses kimiawi yang selama ini banyak dilakukan.
Lignoselulosa
adalah komponen organik di alam yang berlimpah dan terdiri dari tiga tipe
polimer, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Komponen ini merupakan sumber
penting untuk menghasilkan produk bermanfaat seperti gula dari proses
fermentasi, bahan kimia dan bahan bakar cair. Lignoselulosa bisa diperoleh dari
bahan kayu, jerami, rumput-rumputan, limbah pertanian/hutan, limbah industri
(kayu, kertas) dan bahan berserat lainnya.
Dari
sekian banyak bahan yang tersedia di alam selain bahan berpati, bahan
lignoselulosa
merupakan
substrat terbanyak yang belum digunakan secara maksimal. Selama ini
peruntukannya banyak untuk pakan. Akan tetapi komponen bahan lignoselulosa ini
sangatlah kompleks, sehingga dalam penggunaannya sebagai substrat untuk
produksi bioetanol harus melalui beberapa tahapan, antara lain delignifikasi
untuk melepas selulosa dan hemiselulosa dari ikatan kompleks lignin, depolimerisasi
untuk mendapatkan gula bebas dan fermentasi gula heksosa dan pentosa untuk mendapatkan
produksi bioetanol. Enzim pendegradasi lignoselulosa adalah selulase yang
banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri makanan, farmasi,
tekstil, detergen, dan sebagainya (Hidaka et al.,1998).
Bahan
baku untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yaitu gula, pati dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula
bit, molase dan buah-buahan, dapat langsung dikonversi menjadi etanol. Sumber
dari bahan berpati seperti jagung, singkong, kentang dan akar tanaman harus
dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula. Sumber selulosa yang berasal dari
kayu, limbah pertanian, limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus
dikonversi menjadi gula dengan bantuan asam mineral (Lin and Tanaka, 2006).
Proses
fermentasi dapat dilakukan dengan menggunakan yeast dari berbagai
spesies yaitu Saccharomyces cerevisiae, Kluyveromyces fragilis,
Kluyveromyces marxianus, Candida utilis dan Pachysolen
tannophilus dalam berbagai kondisi fermentasi. Untuk mendapatkan bioetanol
dengan kemurnian tinggi, harus dilakukan proses pemurnian dengan cara
destilasi. Destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari broth fermentasi
yang sebagian besar adalah air. Untuk mendapatkan etanol sampai dengan
kemurnian 95% volume, dilakukan destilasi bertingkat dengan mengumpankan hasil
destilasi pertama ke unit destilasi selanjutnya. Dengan demikian, teknologi
proses yang efektif menggunakan bahan baku lignoselulosa dapat menghasilkan
produk bioetanol untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.
DIAGRAM
ALIR PROSES PEMBUATAN BIOETANOL
Langganan:
Postingan (Atom)